BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada Kesempatan ini penulis akan membahas sedikit panjangnya tentang Sakaratul Maut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah maka timbul suatu permasalahan bagi penulis tentang bagai mana rasa sakit pada saat sakaratul maut terjadi.
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan kita membahas tentang sakartul maut ini adalah, bahwa Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah.
BAB ii
PEMBAHASAN
Sakaratul Maut
"Kalau sekiranya
kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir
seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu
siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS.
Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini
kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal
perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu
durhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.
Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah
lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan
raga tetap teramat menyakitkan.
"Sakitnya
sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang".
(H.R. Ibnu Abu Dunya).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli
ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan
selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s
yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat
menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt
agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt,
mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan
menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum,
yaa Nabi Allah". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau
sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah
Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat
Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan
bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya,
Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Allah sampai
keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga
ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan
sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang
cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" Itu ke sebuah
perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah
saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji
Nabi Idris a.s). "Subhanallah, (Maha Suci Allah)" kata Nabi Idris
a.s. "Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan
ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata:
"Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan
yang haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan
wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang
tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau
sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. "Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail. "Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s. "Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. "Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail. "Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s. "Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah
SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s.
Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah
itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar
menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah
dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?"
Tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.
A.
SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI MENYAKITKAN
Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai sakaratul maut.
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya"
Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". [Qaaf: 19]
Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian.
Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai sakaratul maut.
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya"
Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". [Qaaf: 19]
Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian.
Juga ayat :
كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ
{26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ
السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ {30}
"Sekali-kali jangan. Apabila
nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan
(kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan". Dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis
(kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau". [Al Qiyamah:
26-30]
Syaikh Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya
dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada
taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada
saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap
menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: "Dan
dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang akan menyembuhkan?" artinya
siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan
segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada
terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat
ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan
dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan
jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit,
nyawa diharapkan keluar dari badan yang
telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta'ala untuk
dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya. Peringatan
yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju
keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi,
orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat,
senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan".
Sedangkan
beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut:
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia bercerita
(menjelang ajal menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam)
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ فَجَعَلَ
يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ
فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي باب مرض النبي ووفاته.
الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ
"Bahwa di hadapan Rasulullah
ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke
dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: "Laa Ilaaha Illa
Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut". Dan beliau
menegakkan tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil A'la". Sampai
akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas"
Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا
السَّلَام وَا أخرجه البخاري في المغازي باب مرض النبي ووفاته.اليَوْمِ َرْبَ
أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ
"Tatkala kondisi Nabi makin
memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat penderitaanmu ayahku".
Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…[al
hadits]"
Dalam riwayat Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي
رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أخرجه الترمذي ك الجنائز باب ما جاء في التشديد عند الموت وصححه الألباني
"Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku
melihat kepedihan kematian pada Rasulullah".
Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami
setiap makhluk. Dalil penguatnya, keumuman firman Allah: "Setiap jiwa akan
merasakan mati". (Ali 'Imran: 185). Dan sabda Nabi: "Sesungguhnya
kematian ada kepedihannya". Namun tingkat kepedihan setiap orang
berbeda-beda.
B. KABAR GEMBIRA UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN.
Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat
yang mendatangi orang yang beriman untuk mengambil nyawanya dengan kesan yang
baik lagi menggembirakan. Dalilnya, hadits Al Bara` bin 'Azib Radhiyallahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang proses
kematian seorang mukmin:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي
انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ
مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ
مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ
حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ
عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ
فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا
فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى
يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ
وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
"Seorang hamba mukmin, jika
telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan
mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya
sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari
syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat
maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: "Wahai jiwa yang
baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan
keridhaannya". Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut
kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya.
Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya
(malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan
hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di
bumi.."[al hadits].
Malaikat memberi kabar gembira kepada insan mukmin dengan ampunan
dengan ridla Allah untuknya. Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah menyatakan
bahwa para malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan
janganlah takut dan sedih serta membawa berita gembira tentang syurga. Allah
berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30} نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا
مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ
"Sesungguhnya orang-orang
yang berkata: "Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka
para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):" Janganlah kamu
bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat
di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". [Fushshilat: 30]
Ibnu Katsir mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas
dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan
syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian
menyongsong mereka dengan berkata "janganlah kalian takut atas amalan yang
kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang
akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan
mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira
berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan".
Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: "Kabar
gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari
Kebangkitan". Dan mengomentarinya dengan: "Tafsiran ini menghimpun
seluruh tafsiran, sebuah tafsiran yang bagus sekali dan memang demikian
kenyataannya".
Firman-Nya: "Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat
maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut
nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi
kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama
kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan
sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan,
kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian
menuju kenikmatan syurga".
Dalam ayat lain, Allah mengabarkan kondisi kematian orang mukmin dalam
keadaan baik dengan firman-Nya:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ
يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا
الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para
malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salamun 'alaikum (keselamatan
sejahtera bagimu)", masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah
kamu kerjakan". [An Nahl: 32]
.
Syaikh Asy Syinqithi mengatakan: "Dalam ayat ini, Allah
menyebutkan bahwa orang yang bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan
menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut
nyawa-nyawa mereka dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan
maksiat, (ini) menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi kabar
gembira berupa syurga dan menyambangi mereka mereka dengan salam…
C. DAHSYATNYA SAKARATUL MAUT
“Demi Allah, seandainya jenazah yang
sedang kalian tangisi bisa
berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada
kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi
diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada
kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi
diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al
Qur’an :
- Kematian
bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha
menghindarkan resiko-resiko kematian.. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar
(juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji
apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154) - Kematian
akan mengejar siapapun meskipun ia
berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi
kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini. Di mana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini
adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya
(datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?(QS An-Nisa 4:7 - Kematian
akan mengejar siapapun walaupun ia
lari menghindar. Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: - Kematian
datang secara tiba-tiba. Sesungguhnya Allah,
hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34) - Kematian
telah ditentukan waktunya, tidak
dapat ditunda atau dipercepat. Dan Allah sekali-kali
tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
D. Sakaratul Maut dan Khusnul Khatimah
Orang yang meregang nyawa, di ambang pintu kematian
mengalami rasa sakit yang bukan alang kepalang. Saat-saat kritis itulah yang
disebut dengan sekarat atau sakratul maut.
Kematian yang wajar dan normal dapat dikenali
dengan beberapa tanda. Di antara tanda-tanda datangnya kematian
itu adalah:
1.Orang yang mau meninggal akan melihat malaikat maut. Jika dia
termasuk calon orang yang berbahagia maka dia akan melihat malaikat maut dalam
rupa yang bagus, dan melihat malaikat rahmat berwajah putih. Mereka membawa
kafan dan tikar dari sorga. Mereka duduk dari padanya sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah malaikat maut seraya duduk di sisi kepalanya dan berkata:
“Keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya!” Adapun jika dia termasuk
calon orang yang celaka, maka dia akan melihat malaikat maut dalam rupa yang
lain, serta melihat malaikat adzab menghitam wajahnya. Mereka membawa kafan dan
tikar dari api neraka. Kemudian datanglah malaikat maut seraya duduk di sisi
kepalanya dan memberinya kabar gembira dengan kemurkaan Allah atasnya, dan dia
melihat tempat duduknya di neraka. Berkatalah malaikat maut: “Keluarlah wahai
jiwa yang keji, dan bergembiralah dengan kemurkaan dan kemarahan Allah!”
2. Dengan keadaan yang demikian, saat orang yang mau meninggal melihat malaikat maut, diapun lemas, tidak bisa berkutik, mual, merasakan pedihnya sekarat, dan kesusahan, tidak mampu berkata-kata. Dia mendengar tapi tidak mampu menjawab, melihat tapi tidak mampu menerangkannya, hatipun kacau, detak jantung sudah tidak beraturan, kadang dia tersadar, kadang dia pingsan karena pedihnya sakaratul maut. Ya Allah, tolonglah kami atas sakaratul maut.
2. Dengan keadaan yang demikian, saat orang yang mau meninggal melihat malaikat maut, diapun lemas, tidak bisa berkutik, mual, merasakan pedihnya sekarat, dan kesusahan, tidak mampu berkata-kata. Dia mendengar tapi tidak mampu menjawab, melihat tapi tidak mampu menerangkannya, hatipun kacau, detak jantung sudah tidak beraturan, kadang dia tersadar, kadang dia pingsan karena pedihnya sakaratul maut. Ya Allah, tolonglah kami atas sakaratul maut.
Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang itu
telah meninggal:
1. Terbelalaknya mata, berdasarkan hadits Ummu Salamah, dia berkata : “Rasulullah masuk kepada Abu Salamah, sementara matanya telah terbelalak kemudian Nabi memejamkannya seraya bersabda: ”Sesungguhnya jika roh itu dicabut, mata akan mengikutinya….” (HR. Muslim dan Ahmad)
2. Condongnya hidung kearah kanan atau kiri
3. Kendur (terbuka)nya rahang bawah, karena kendurnya seluruh anggota tubuh secara umum.
4. Diam dan berhentinya detak jantung.
5. Mendinginnya seluruh tubuh secara umum.
6. Merapatnya betis kanan dengan betis kiri, dan sebaliknya berdasarkan firman Allah : “Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).” (QS. Al-Qiyamah: 29)
1. Terbelalaknya mata, berdasarkan hadits Ummu Salamah, dia berkata : “Rasulullah masuk kepada Abu Salamah, sementara matanya telah terbelalak kemudian Nabi memejamkannya seraya bersabda: ”Sesungguhnya jika roh itu dicabut, mata akan mengikutinya….” (HR. Muslim dan Ahmad)
2. Condongnya hidung kearah kanan atau kiri
3. Kendur (terbuka)nya rahang bawah, karena kendurnya seluruh anggota tubuh secara umum.
4. Diam dan berhentinya detak jantung.
5. Mendinginnya seluruh tubuh secara umum.
6. Merapatnya betis kanan dengan betis kiri, dan sebaliknya berdasarkan firman Allah : “Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).” (QS. Al-Qiyamah: 29)
Apa yang harus kita lakukan setelah kita
yakin akan kematiannya?
1. Memejamkan kedua matanya
2. Menutupkan mulutnya
3. Melemaskan tulang-tulang persendian seketika, satu jam setelah kematiannya, untuk memudahkan pemindahan, pemandian dan pengkafanannya.
4. Meletakkan pemberat yang sesuai di atas perutnya agar tidak menggelembung jika tidak disegerakan prosesi pemandiannya.
5. Menutup seluruh lubang tubuh hingga diselenggarakan perawatannya.
6. Mempercepat penyelenggaraan jenazah, berdasarkan sabda Nabi “Bersegeralah kalian (menyelenggarakan) jenazah, jika dia shalih, maka sebuah kebaikan telah kalian ajukan, jika selain itu maka sebuah keburukan yang kalian letakkan dari leher-leher kalian.” (HR. Bukhari)
7. Bersegera membayarkan hutangnya, berdasarkan hadits Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda:”Jiwa seorang mukmin tergadaikan oleh hutangnya hingga dilunasi.” (HR. Turmudzi)
1. Memejamkan kedua matanya
2. Menutupkan mulutnya
3. Melemaskan tulang-tulang persendian seketika, satu jam setelah kematiannya, untuk memudahkan pemindahan, pemandian dan pengkafanannya.
4. Meletakkan pemberat yang sesuai di atas perutnya agar tidak menggelembung jika tidak disegerakan prosesi pemandiannya.
5. Menutup seluruh lubang tubuh hingga diselenggarakan perawatannya.
6. Mempercepat penyelenggaraan jenazah, berdasarkan sabda Nabi “Bersegeralah kalian (menyelenggarakan) jenazah, jika dia shalih, maka sebuah kebaikan telah kalian ajukan, jika selain itu maka sebuah keburukan yang kalian letakkan dari leher-leher kalian.” (HR. Bukhari)
7. Bersegera membayarkan hutangnya, berdasarkan hadits Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda:”Jiwa seorang mukmin tergadaikan oleh hutangnya hingga dilunasi.” (HR. Turmudzi)
Khusnul khatimah dan tanda-tandanya:
1. Hadits pertama dari Mu’adz, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR. Abu Dawud, dan al-Hakim)
2. Hadits kedua dari Buraidah ibn Hushaib dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: “Kematian seorang mukmin (ditandai dengan) keringat di dahi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Turmudzi dan lainnya)
3. Hadits ketiga dari Abdullah ibn ‘Amr, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari jum’at atau malam jum’at melainkan dia akan dibebaskan dari siksa kubur.” (HR. Turmudzi)
4. Dan di antara tanda khusnul khatimah adalah mati di saat menjalankan keta’atan kepada Allah dan rasul-Nya, seperti meninggal dalam keadaan shalat, atau puasa, atau haji, umrah atau dalam keadaan berjihad di jalan Allah atau dalam dakwah kepada Allah. Dan barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan memberinya taufik untuk beramal shalih kemudian mencabut nyawanya.
5. Pujian baik oleh sekumpulan kaum muslimin atasnya, berdasarkan hadits Anas, dia berkata, (Para sahabat) pernah melewati sebuah jenazah, kemudian mereka memuji kebaikan atasnya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Kemudian mereka melewati sebuah jenazah yang lain, lalu mereka mengutarakan keburukannya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Maka Umar berkata: “Apa yang wajib?” Beliau bersabda:
“Yang ini kalian menyebut baik atasnya, maka wajib baginya sorga, sementara yang itu kalian menyebut buruk atasnya maka wajib baginya neraka, kalian adalah saksi Allah di bumi-Nya.” (HR. Bukhari Muslim)
6. Tanda-tanda yang bisa dilihat dari si mayit setelah kematiannya:
a. Senyuman di wajah
b. Terangkatnyajari telunjuk, yang menunjukkan syahadat tauhid
c. Bersinar, dan bercahayanya wajah karena kegembiraan menerima kabar gembira yang didengarnya dari malaikat maut.
1. Hadits pertama dari Mu’adz, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR. Abu Dawud, dan al-Hakim)
2. Hadits kedua dari Buraidah ibn Hushaib dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: “Kematian seorang mukmin (ditandai dengan) keringat di dahi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Turmudzi dan lainnya)
3. Hadits ketiga dari Abdullah ibn ‘Amr, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari jum’at atau malam jum’at melainkan dia akan dibebaskan dari siksa kubur.” (HR. Turmudzi)
4. Dan di antara tanda khusnul khatimah adalah mati di saat menjalankan keta’atan kepada Allah dan rasul-Nya, seperti meninggal dalam keadaan shalat, atau puasa, atau haji, umrah atau dalam keadaan berjihad di jalan Allah atau dalam dakwah kepada Allah. Dan barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan memberinya taufik untuk beramal shalih kemudian mencabut nyawanya.
5. Pujian baik oleh sekumpulan kaum muslimin atasnya, berdasarkan hadits Anas, dia berkata, (Para sahabat) pernah melewati sebuah jenazah, kemudian mereka memuji kebaikan atasnya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Kemudian mereka melewati sebuah jenazah yang lain, lalu mereka mengutarakan keburukannya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Maka Umar berkata: “Apa yang wajib?” Beliau bersabda:
“Yang ini kalian menyebut baik atasnya, maka wajib baginya sorga, sementara yang itu kalian menyebut buruk atasnya maka wajib baginya neraka, kalian adalah saksi Allah di bumi-Nya.” (HR. Bukhari Muslim)
6. Tanda-tanda yang bisa dilihat dari si mayit setelah kematiannya:
a. Senyuman di wajah
b. Terangkatnyajari telunjuk, yang menunjukkan syahadat tauhid
c. Bersinar, dan bercahayanya wajah karena kegembiraan menerima kabar gembira yang didengarnya dari malaikat maut.
Adapun tanda su’ul khatimah banyak dan
bermacam-macam, di antaranya:
1. Mati di atas kesyirikan, atau meninggalkan shalat dengan meremehkan perintah-perintah Allah dan rasul-Nya, begitupula mereka yang mati saat mendengarkan nyanyian (musik), suara seruling, sinema, atau film komedi, dan mereka yang mati di atas perbuatan-perbuatan keji secara umum, begitupula yang mati dengan khamr (miras) dan narkoba.
2. Di antara tanda yang tampak pada mayat setelah kematiannya adalah; murung, gelap dan menghitamnya wajah, karena kengerian yang dirasakan saat mendengar berita buruk tentang murka Allah dari malaikat maut. Kadang-kadang warna hitam ini menyelimuti seluruh tubuh –wal ‘iyadzu billah-.
1. Mati di atas kesyirikan, atau meninggalkan shalat dengan meremehkan perintah-perintah Allah dan rasul-Nya, begitupula mereka yang mati saat mendengarkan nyanyian (musik), suara seruling, sinema, atau film komedi, dan mereka yang mati di atas perbuatan-perbuatan keji secara umum, begitupula yang mati dengan khamr (miras) dan narkoba.
2. Di antara tanda yang tampak pada mayat setelah kematiannya adalah; murung, gelap dan menghitamnya wajah, karena kengerian yang dirasakan saat mendengar berita buruk tentang murka Allah dari malaikat maut. Kadang-kadang warna hitam ini menyelimuti seluruh tubuh –wal ‘iyadzu billah-.
Saya nasihatkan kepada
orang-orang yang sembrono dalam menunaikan ibadah shalat —terutama yang
meninggalkannya— agar segera bertaubat kepada Allah, dan segera menjaga shalat
tersebut hingga mendapatkan kekhusyu’an di dalamnya. Dikarenakan shalat adalah
tiang agama Islam, dan sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan
kekufuran adalah meninggalkan shalat sebagaimana suri tauladan dan Nabi kita
Muhammad telah mengajarkan: “Perjanjian antara kita dan mereka (orang-orang
munafik) adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, dia telah kufur.”
(HR. Ahmad dan Malik)
Shalat adalah sebenar-benar
perisai bagi pelakunya, dialah pencegah dari perbuatan keji dan munkar, Allah
berfirman : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Maka di manakah anda
—mudah-mudahan Allah menjaga anda- dari perisai ini?! Di manakah anda dari
sungai yang akan menghapus dosa-dosa anda sebanyak lima kali dalam sehari semalam ini?
Bertaubatlah saudaraku sekarang juga, sebelum hilangnya kesempatan! Dan sebelum
datangnya malaikat maut secara tiba-tiba. Dikarenakan panen dari sesuatu yang telah
engkau tanam di dunia dimulai saat malaikat maut memerintahkan ruh untuk keluar
darimu. Maka bercocok tanamlah kebaikan, engkau akan senang dengan hasilnya!
Adapun orang yang berpaling dari
kebaikan ini, dan dia meninggalkan shalat, maka tanda-tanda su’ul khatimahnya
adalah hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya saat jenazahnya dimandikan. Kita
berlindung kepada Allah dari kehinaan.
E. DAHSYATNYA RASA SAKIT SAAT
SAKARATUL MAUT
|
Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan sifat rahmah-Nya yang sempurna, senantiasa memberikan
berbagai peringatan dan pelajaran, agar hamba-hamba-Nya yang berbuat
kemaksiatan dan kezaliman bersegera untuk meninggalkannya dan kembali ke
jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sementara hamba-hamba Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang beriman akan bertambah sempurna keimanannya dengan peringatan dan
pelajaran tersebut.
Namun, berbagai peringatan dan pelajaran baik berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah tadi tidak akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang beriman. وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55) Di antara sekian banyak peringatan dan pelajaran, yang paling berharga adalah tatkala seorang hamba dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sakaratul maut yang menimpa saudaranya. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ “Tidaklah berita itu seperti orang yang melihat langsung.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Ash-Shahihah no. 135) Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan, dengan sebab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan, pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala istimewakan. Mereka tidak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari) Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya: فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ. وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ. وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ. فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ. تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ “Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87) Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’, dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan: Bila kalian tidak menginginkannya, kenapa kalian tidak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan dan menempatkannya (kembali) di dalam jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ. وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ. وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ. وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, dan dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30) Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ini adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan kita dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat). Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit. Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian dan sakitnya sakaratul maut sesuai dengan kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi ‘alaihimussalam adalah golongan yang paling dahsyat dan pedih tatkala menghadapi sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ “Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.” (Lihat Ash-Shahihah no. 132) Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: فَلَا أَكْرَهُ شِدَّةَ الْمَوْتِ لِأَحَدٍ أَبَدًا بَعْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم “Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Bukhari no. 4446) Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Para ulama rahimahumullah mengatakan bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga para wali dan orang-orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tidak bersegera mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: قُلْ هُوَ نَبَأٌ عَظِيمٌ. أَنْتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُونَ “Katakanlah: ‘Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling darinya’.” (Shad: 67-68) Apa yang terjadi pada para nabi ‘alaihimussalam berupa pedih dan rasa sakit menghadapi kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah: 1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah perkara yang tidak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang meninggal tanpa adanya gerakan dan jeritan. Bahkan dia melihat sangat mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun menyangka bahwa sakaratul maut itu urusan yang mudah. Padahal dia tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang para nabi yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pula yang meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-Nya– hal itu akan memupus anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang dirasakan dan dialami oleh mayit itu benar-benar terjadi –selain pada orang syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita dari para nabi ‘alaihimussalam tentang perkara tersebut1. 2. Kadang-kadang terlintas di dalam benak sebagian orang, para nabi adalah orang-orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana bisa mereka merasakan sakit dan pedihnya perkara ini? Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk meringankan hal ini dari mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: أَمَّا إِنَّا قَدْ هَوَّنَّا عَلَيْكَ “Adapun Kami sungguh telah meringankannya atasmu.” Maka jawabannya adalah: إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ “Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya di dunia adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka.”2 Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menguji mereka untuk menyempurnakan keutamaan-keutamaan serta untuk meninggikan derajat mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu bukanlah kekurangan bagi mereka dan bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal. 25-26) Malaikat yang Bertugas Mencabut Ruh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut (malaikat pencabut nyawa) yang diberi tugas untuk mencabut ruh-ruh, dan dia memiliki para pembantu sebagaimana firman-Nya: قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ “Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11) Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut adalah satu malaikat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri tugas untuk mencabut arwah hamba-hamba-Nya. Namun tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah Izrail. Nama ini tidak ada dalam Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga tidak ada di dalam Sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya: قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ “Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu’.” (As-Sajdah: 11) Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Ayat ini tidak bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ. ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ “Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (Al-An’am: 61-62) Karena malakul maut yang bertugas mencabut ruh dan mengeluarkan dari jasadnya, sementara para malaikat rahmat atau para malaikat azab (yang membantunya) yang bertugas membawa ruh tersebut setelah keluar dari jasad. Semua ini terjadi dengan takdir dan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, (maka penyandaran itu sesuai dengan makna dan wewenangnya).” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 602) |
Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul
maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian
yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar
kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta
bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar
kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta
bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
- Atsar (pendapat) para sahabat
Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar
berpendapat :
“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut
seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga
ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan
meninggalkan yang tersisa”.
“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut
seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga
ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan
meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali
berpendapat : “Rasa
sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke
seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan
dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf,
persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke
seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan
dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf,
persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu
riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan
berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu
sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah
melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul
dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang
kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian,
namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang
dariku.”
riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan
berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu
sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah
melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul
dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang
kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian,
namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang
dariku.”
Proses sakaratul maut bisa
memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam
ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik
terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi
(sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi
negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan
(walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah
satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam
ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik
terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi
(sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi
negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan
(walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah
satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa
sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam
bis shawab.
sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam
bis shawab.
- Sakaratul Maut
Orang-orang
Zhalim
Imam Ghozali mengutip sebuah
riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah
Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar
berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan
satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang
wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk
menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh
lebih dahsyat dari itu.
riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah
Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar
berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan
satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang
wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk
menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh
lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa
melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat
mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai
menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan
meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut
baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.
melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat
mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai
menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan
meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut
baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang
akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah
yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan
pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah
yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan
pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
Alangkah dahsyatnya sekiranya
kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
“Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang
tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
(QS Al-An’am 6:93)
kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
“Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang
tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
(QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang
dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka
sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak
mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “ ada
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka
masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat
buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 :
28-29)
dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka
sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak
mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “ ada
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka
masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat
buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 :
28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang
manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada
orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan
yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah
perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa
kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang
baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua
malaikat itu.
manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada
orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan
yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah
perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa
kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang
baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua
malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hampir
selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari
jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya
kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara
kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat
kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari
jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya
kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara
kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat
kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat
ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah,
itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila
min dzalik!
ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah,
itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila
min dzalik!
·
Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya
Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut
sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat
harum.
Dan dikatakan kepada
orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat
adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,
(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka
kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat
dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 :
30-31-32)
Dan saat
terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan
menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai
sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1.
Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha
menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
3.
Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)
4.
Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia,
dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat
keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan
mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan
kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis
shawab.
F. Iblis Datang Mengganggu Ketika Sakaratul Maut
Syaitan dan
Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan manusia
dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang
paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut. Iblis
mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan.
Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.”
Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut.”
Golongan
1
Akan datang
Iblis dengan banyaknya dengan berbagai rupa yang pelik dan aneh seperti emas,
perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lezat-lezat. Maka
disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat tamak
dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barangan
Iblis itu, di waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati
yang lalai dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah
tempatnya.
Golongan
2
Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan
diri sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular dan
Kala yang berbisa. Maka Apabila yang sedang didalam sakaratul maut itu
memandangnya saja kepada binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat sekuat
hati. Maka seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka
matinya itu disebut sebagai mati lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah
SWT, matinya itu sebagai Fasik dan Munafik dan ke nerakalah tempatnya.
Golongan
3
Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam
sakaratul maut itu dengan merupakan dirinya kepada binatang yang menjadi minat
kepada orang yang hendak mati itu, kalau orang yang hendak mati itu berminat
kepada burung, maka dirupai dengan burung, dan jika dia minat dengan Kuda pacu
untuk berjudi, maka dirupakan dengan Kuda pacu (judi). Jika dia minat dengan
dengan ayam sabung, maka dirupakan dengan ayam sabung yang cantik. Apabila
tangan orang yang hendak mati itu meraba-raba kepada binatang kesayangan itu
dan waktu tengah meraba-raba itu dia pun mati, maka matinya itu di dalam
golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT. Matinya itu mati Fasik dan
Munafik, maka nerakalah tempatnya.
Golongan
4
Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci
oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang
yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan
sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang
dan matilah ia sebagai mati Fasik dan Munafik, dan nerakalah tempatnya.
Golongan
5
Akan datang
Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak mati itu, seperi
ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam
sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan lalu dia pun
menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si
ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan rayu-merayu “Wahai anakku
inilah saja makanan dan bekalan yang kami bawakan untukmu dan berjanjilah bahwa
engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami sembah, supaya kita
tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam syurga.”
Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.
Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.
Golongan
6
Akan datanglah
Iblis merupakan dirinya sebagai ulama-ulama yang membawa banyak kitab-kitab,
lalu berkata ia: “Wahai muridku, lamalah sudah kami menunggu akan dikau,
berbagai ceruk telah kami pergi, rupanya kamu sedang sakit di sini, oleh itu
kami bawakan kepada kamu doktor dan dukun bersama dengan obat untukmu.” Lalu
diminumnya obat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu
datang kembali. Lalu datanglah pula Iblis yang menyerupai ulama dengan berkata:
“Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam
keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikatAllah?”
Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: “Aku tidak tahu.”
Berkata ulama Iblis: “Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulama yang tinggi dan hebat, baru saja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami.”
Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulama palsu: “Bagaimanakah Zat Allah?” Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena.
Lalu berkata ulama palsu: “Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu.”
Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.
Berkata Iblis: “Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah.”
Berkata orang yang dalam sakaratul maut: “Wahai guruku, bukankah ini benda yang benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai jihat enam, yaitu benda besar ini ada di kirinya dan kanannya, mempunyai atas dan bawahnya, mempunyai depan dan belakangnya. Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini.”
Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya, maka matilah orang itu di dalam keadaan dikatakan kafir dan kekal di dalam neraka dan terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.
Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: “Aku tidak tahu.”
Berkata ulama Iblis: “Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulama yang tinggi dan hebat, baru saja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami.”
Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulama palsu: “Bagaimanakah Zat Allah?” Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena.
Lalu berkata ulama palsu: “Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu.”
Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi.
Berkata Iblis: “Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah.”
Berkata orang yang dalam sakaratul maut: “Wahai guruku, bukankah ini benda yang benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai jihat enam, yaitu benda besar ini ada di kirinya dan kanannya, mempunyai atas dan bawahnya, mempunyai depan dan belakangnya. Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini.”
Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya, maka matilah orang itu di dalam keadaan dikatakan kafir dan kekal di dalam neraka dan terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.
Golongan
7
Golongan Iblis
yang ketujuh ini Iblis terdiri dari 72 barisan sebab menjadi 72 barisan ialah
karena dia menepati Iktikad Muhammad SAW bahwa umat Muhammad akan terbagi
kepada 73 golongan (barisan). Satu golongan saja yang benar (ahli sunnah
waljamaah) 72 lagi masuk ke neraka karena sesat.
Ketahuilah bahwa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut.
Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: “Ajarkan oleh kamu (orang yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah.” Semoga kita terhindari dari godaan syaitan dan iblis ketika kita menjelang hari kematian. Waulallahu’alam……
Ketahuilah bahwa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut.
Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: “Ajarkan oleh kamu (orang yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah.” Semoga kita terhindari dari godaan syaitan dan iblis ketika kita menjelang hari kematian. Waulallahu’alam……
BAB
iiI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sakit sakaratul maut dialami setiap
manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah.
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah.
Setan
laknatullah dan iblis laknatullah akan sentiasa mengganggu manusia, bermula
dengan memperdayakan manusia dari setitik mani hinggalah ke akhir hayat kita,
dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut.
Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun
perbuatan maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta
dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim
yang sholeh. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul
lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita
semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah. Wallahu a'lamu bishshawab.
Washallallahu 'ala Muhamaad wa 'ala alihi ajmain.
B. KRITIK DAN SARAN
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan, di sebabkan karena kami
mempunyai keterbatasan dalam hal Ilmu dan Pengetahuan penulisan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penulisan di masa mendatang, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Maa sya Allah,,bermanfaat sekali,,izin copy ya buat baca ofline di laptop..syukron
BalasHapus